Istilah hahiwang dikenal juga dengan nama highing-highing. Istilah ini dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pemanggilan Jelema Daya (Komering). Istilah wayak/muayak dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Barat khususnya di daerah Belalau. Istilah atau namanya berbeda, tetapi yang dimaksud oleh setiap istilah itu adalah sama, yakni salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi yang lazim digunakan sebagai:
- Pengantar acara adat
- Pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria
- Pelengkap acara cangget ’tarian adat’
- Pelengkap acara muda-mudi yang dikenal dengan istilah jagodamar/jagadamagh atau kedayek/kedayok
- Senandung pada saat menidurkan anak
- Pengisi waktu bersantai.
Budaya "Hahiwang" juga merupakan seni melantunkan syair sastra Lampung, yang di dalamnya terkandung makna dan pesan moral, biasanya dibawakan pada acara adat juga hajat, untuk memberikan pesan bagi yang melaksanakannya.
Seniman "hahiwang" di Krui dulu H.Abdulloh (Alm) orang tua kami (dulu tinggal di La'ay/bah Kekarek) sering tampil kalau ada acara di Kecamatan Pss.Tengah Krui dan yang masih bertahan sekarang adalah Mamak Lawok (63) di Pekon (Desa) Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Lampung Barat
Contoh : Hahiwang
Kipak kerja di jepang....
Taru kik radu tegi.....
Tugok waktu sembahyang....
Nyembah pai ilahi....
Kalau jiwa ram tenang....
Tiguwai ko kayunanni....
Kipak banguk ram lalang...
Iingokkon YA di hati....
Kik ram radu telantang....
Radu mayit gelarni.....
Mak guna pak buhiwang...
Sesol mak guna lagi....
Tano ram lagi tandang....
Rani bukiser dibi....
Dang bangiki lagi terang...
Kak lagi goh debingi....
Sunyinni haga mulang....
Rasio ni Ilahi...
Najin harta segudang....
Seno tipek sunyinni....
jasad ni lom liang....
Kain handak bungkusni...
Ruh ni radu melayang...
Muloh di zat sai suci....
Sai tepek tinggal miwang....
Mak ngEdok tulung lagi.....!!
Mudah-mudah ini sebagai sumbangsih sebagai anak Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar